Salah Satu Masjid Tertua Di Jakarta Dan Al-Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus
SATU Masjid tertua di Jakarta
adalah Masjid Keramat Luar Batang.
Masjid ini dibangun pada tahun 1756.
Sebelumnya, pada tahun 1739, bangunannya hanya berbentuk Musholah, yang
diberi nama An-Nur. Masjid ini terletak di Penjaringan, Jakarta Utara.
Dinamakan Masjid Luar Batang tidak bisa dilepaskan dari sosok Al-Habib Husein bin Abu
Bakar Alaydrus, yang saat ini makamnya berada di dalam masjid tersebut.
Beliau adalah ulama yang berasal dari Yaman.
Beliau lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut. Datang ke Betawi sekitar tahun 1746 M.
Beliau lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut. Datang ke Betawi sekitar tahun 1746 M.
Berdasarkan sumber-sumber sejarah, beliau wafat di Luar Batang, Betawi
tanggal 24 Juni 1756 M, bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 Hijriyah
dalam usia lebih dari 30 tahun (di bawah 40 tahun).
Jadi, diduga sewaktu
tiba di Betawi, masih berumur 20 tahun.
Habib Husein bin Abubakar Alaydrus memperoleh ilmu tanpa belajar atau dalam istilah Arabnya
Habib Husein bin Abubakar Alaydrus memperoleh ilmu tanpa belajar atau dalam istilah Arabnya
“Ilmu Wahbi“, yaitu pemberian dari Allah, tanpa belajar.
Habib Husein yang lebih dikenal dengan sebutan Habib Keramat Luar Batang ini tiba di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Jakarta, dalam situasi yang relatif dramatis. Pasalnya, ketika itu, kawasan tersebut merupakan benteng pertahanan Belanda di Jakarta. Tak ada seorang pun yang bisa masuk ke kawasan itu.
Ketika itu, cuaca kurang mendukung dan kapal layar yang ditumpangi Habib Husein terdampar di daerah ini. Namun, tentara Belanda mengusir Habib Husein dan rombongan. Lalu, kapal layar itu digiring keluar dari teluk Jakarta.
Namun, Habib Husein memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanannya dengan kapal layar.
Habib Husein yang lebih dikenal dengan sebutan Habib Keramat Luar Batang ini tiba di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Jakarta, dalam situasi yang relatif dramatis. Pasalnya, ketika itu, kawasan tersebut merupakan benteng pertahanan Belanda di Jakarta. Tak ada seorang pun yang bisa masuk ke kawasan itu.
Ketika itu, cuaca kurang mendukung dan kapal layar yang ditumpangi Habib Husein terdampar di daerah ini. Namun, tentara Belanda mengusir Habib Husein dan rombongan. Lalu, kapal layar itu digiring keluar dari teluk Jakarta.
Namun, Habib Husein memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanannya dengan kapal layar.
Beliau memilih menggunakan sekoci untuk sampai ke daratan. Uniknya,
angin yang berhembus kencang membawa sekoci yang dinaiki Habib Husein
kembali terdampar di tempat terdamparnya kapal layar tadi.
Untungnya, ketika itu ada seorang warga setempat asli Betawi membawa Habib Husein ke darat,
Untungnya, ketika itu ada seorang warga setempat asli Betawi membawa Habib Husein ke darat,
tanpa dilihat oleh tentara Belanda. Lalu, beliau pun
disembunyikan di sebuah rumah.
Orang Betawi ini bernama Abdul Kadir. Beliau dimakamkan di samping makam
Orang Betawi ini bernama Abdul Kadir. Beliau dimakamkan di samping makam
Habib Husein yang terletak di
samping kiri Masjid Luar Batang.
Setelah cukup lama tinggal di sana, Habib Husein membangun mushola yang diberi nama An-Nur.
Setelah cukup lama tinggal di sana, Habib Husein membangun mushola yang diberi nama An-Nur.
Lokasinya
tak jauh dari tempat tinggalnya atau tepat di Masjid Luar Batang yang
masih
berdiri hingga sekarang.
Sejak saat itu, selain Abdul Kadir yang belajar kepada Habib Husein, banyak orang-orang
Sejak saat itu, selain Abdul Kadir yang belajar kepada Habib Husein, banyak orang-orang
sekitarnya
yang ikut belajar tentang ajaran Islam.
Selama berada di kampung itu, Habib Husein seringkali tidak mematuhi Belanda.
Selama berada di kampung itu, Habib Husein seringkali tidak mematuhi Belanda.
Sikapnya itu
membuat tentara Belanda marah dan menangkap beliau,
lalu memenjarakannya
di penjara Glodok.
Selama berada di tahanan, banyak kejadian aneh yang disaksikan tentara penjaga penjara.
Selama berada di tahanan, banyak kejadian aneh yang disaksikan tentara penjaga penjara.
Misalnya, selama siang
hari, Habib Husein terlihat di dalam selnya.
Namun, ketika malam tiba,
beliau tidak ada.Sontak,
kejadian ini membuat panik penjaga
penjara namun ketika siang tiba,
Habib Husein tampak lagi di dalam
selnya.
Kejadian itu pun membuat para penjaga ketakutan dan
menyuruh
beliau keluara dari penjara.
Tapi, beliau menolak dan tetap tinggal di dalam selnya.
Pada akhirnya, penjaga penjara membiarkan Habib Husein bersikap sesuai kemauannya sendiri.
Tapi, beliau menolak dan tetap tinggal di dalam selnya.
Pada akhirnya, penjaga penjara membiarkan Habib Husein bersikap sesuai kemauannya sendiri.
Hingga akhirnya, beliau lah
yang memutuskan untuk keluar dari penjara itu.
-Sumber : Daeng Mansyur
-Sumber : Daeng Mansyur
Salah Satu Masjid Tertua Di Jakarta Dan Al-Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus
Reviewed by sajakdarilangit
on
08.04
Rating:
Post a Comment